Tukang Becak Pun Mendukung SBY
Presiden Pun Tertawa
Setelah sempat mengeluh belum pernah naik gaji, akhirnya Presiden SBY bisa tersenyum lebar karena para pembantunya dengan sigap menyikapi keluhan tersebut dengan menaikkan gaji presiden dan wapres.
Gaji Presiden dan Wakil Presiden dinaikkan tahun ini setelah selama tujuh tahun tak pernah berubah. Kenaikan ini mempermudah penyesuaian gaji pejabat negara lainnya.
Menurut Menteri Keuangan Agus Martowardojo, gaji presiden menjadi patokan bagi gaji pejabat lain di bawahnya. Jika gaji presiden dipertahankan pada angka Rp 62 juta per bulan, kata dia, sulit bagi pejabat di daerah untuk mengalami kenaikan gaji.
"Misalnya, ketua pengadilan tinggi gajinya rendah sekali di daerah," kata Agus di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (25/1).
Adapun dana operasional sebesar Rp 2 miliar yang diberikan kepada Presiden, diserahkan ke Sekretariat Negara untuk menunjang aktivitas Presiden dan keluarga.
Rincian gaji presiden SBY dan fasilitas nya:
Gaji :Rp. 67.740.000,- / bulan
Baju dinas :Rp. 800 jt / bulan.
Mebel rumah Presiden :Rp. 42 M / bln.
Pengamanan :Presiden: Rp. 52 M / bln.
Dana road blocker :Rp. 49 M / bulan.
Karenanya, Kementerian Keuangan dalam tiga tahun terakhir menggodok rencana penyesuaian gaji 8 ribu pejabat negara di pusat maupun daerah. "Tahun ini mulai diterapkan," ujar dia. Penyesuaian besar-besaran ini mengikutsertakan posisi presiden dan wakil presiden. Gaji pejabat lembaga negara seperti Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, dan Ketua MA juga ikut disesuaikan.
Penyesuaian sendiri meliputi gaji dan tunjangan prestasi yang disesuaikan menurut biaya hidup di masing-masing daerah. Dia juga memastikan tingkat penyesuaian gaji disesuaikan dengan penghasilan asli daerah (PAD).
Menkeu berharap penyesuaian ini bisa meningkatkan produktivitas pejabat negara. Pengawasan kinerja yang ketat juga dijalankan setelah penyesuaian ini. Dengan jelasnya penilaian dan pengawasan tersebut, Agus menilai, wacana penyesuaian gaji dan tunjangan pejabat negara ini baik menjadi bahan pembicaraan di masyarakat. "Jangan dikonotasi negatif."
Reaksi Rakyat Miskin
Rakyat miskin dan tukang becak prihatin dengan curhat gaji Presiden. Sebagai bentuk sindiran, mereka siap patungan menyumbangkan penghasilan becaknya untuk menaikkan gaji Presiden menjadi 1 trilyun perbulan. Tapi dengan 5 syarat.
Curhat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ‘mengeluhkan’ gajinya tidak naik selama tujuh tahun terakhir, mendapat ‘sambutan’ meriah di mana-mana. Di Solo, bahkan ada sekelompok orang yang menamakan diri “Pendukung Kenaikan Gaji Presiden.”
Puluhan orang ini melakukan aksi damai mendukung gaji presiden dinaikkan menjadi Rp 1 triliun per bulan di Bundaran Gladag, Solo, Jawa Tengah, Senin (24/1/2011). Uniknya, sebagian besar dari massa aksi adalah para tukang becak yang dalam sepanjang aksinya memarkir becaknya dengan rapi di pinggir Jalan Slamet Riyadi, tak jauh dari lokasi aksi.
Massa tukang becak ini mengaku jengah atas curhat presiden soal gajinya yang tidak pernah naik. Menurut mereka, curhat itu sama sekali tidak mempertimbangkan rasa keadilan di saat banyak rakyat yang masih menderita karena berbagai persoalan yang menimpa, justru memimpin negara mempersoalkan gajinya.
Sebagai sindiran yang menohok, kelompok tersebut justru memberikan dukungan agar gaji presiden dinaikkan menjadi Rp 1 triliun per bulan. Namun sebagai syaratnya, SBY harus memenuhi lima syarat yang diajukan.
Kelima syarat itu adalah mampu membebaskan Indonesia pengangguran, menjamin Indonesia bebas dari konflik dengan latar belakang apapun, mampu mewujudkan Indonesia swasembada pangan, mampu memberantas mafia hukum, dan mampu menyelesaikan semua persoalan seperti kasus Century dan BLBI.
"....Para tukang becak mendukung agar gaji presiden dinaikkan menjadi Rp 1 triliun per bulan. Namun SBY harus memenuhi lima syarat yang diajukan...."
“Jika semua syarat itu dapat dipenuhi maka kami mendukung sepenuhnya gaji presiden naik menjadi Rp 1 triliun per bulan. Tapi jika tanpa prestasi dan bahkan gagal menjalankan amanat rakyat, sama sekali tidak masuk akal jika presiden mengeluhkan gajinya,” ujar Bambang Saptono berapi-api.
Sentilan dalam aksi itu menarik perhatian pengguna jalan, lantaran Bambang Saptono berdialog interaktif bersama puluhan pengemudi becak.
“Apakah saudara-saudara bersedia jika gaji Presiden satu triliun rupiah per bulan?” tanya Bambang.
“Bersedia,” jawab para tukang becak.
“Uangnya dari mana?’ tanya lagi Bambang.
“Dari Gayus,” teriak tukang becak.
“Terus rakyat makan apa?,” lanjut Bambang.
“Makan tikus,” jawab mereka.
Sementara itu, orator lainnya, Joni, menyindir curhat gaji Presiden SBY dengan orasi “Kami Sayang Pak SBY.” Joni menyatakan setuju kenaikan gaji SBY menjadi 1 trilyun, bahkan ia rela jika harus iuran untuk nomboki gaji presiden.
“Kalau tidak dari kami, uangnya bisa dari Gayus atau utang luar negeri, silakan kami sangat setuju,” sindir Joni. “Kami cinta dengan presiden kami. Kami sayang dengan Pak SBY,” kata Joni kepada rekan-rekannya sesama tukang becak. “Rp 1 triliun pun kami sangat setuju. Kenapa, karena kami sayang dengan Pak SBY,” tambahnya.
Gaji presiden Rp 63 juta per bulan dan dana taktis Rp 2 miliar per bulan, menurut para tukang becak, sudah lebih dari cukup. Jika dibandingkan dengan penghasilan Joni dkk, uang itu sudah berlipat ratusan kali. Maka ia menilai seorang presiden kurang pantas curhat mengenai gaji di saat rakyat tengah dilanda kesulitan ekonomi.
Sejumlah poster dan spanduk bertuliskan kecaman dan sindiran dibawa oleh massa aksi. Di antaranya “Rakyat makan tikus, Pejabat makin rakus”, “Katanya berjuang, Kok mikir uang”, “Awak Gede Gaji Gede” (badan besar gaji besar), “Gajinya 1 Triliun, Presiden Malah Pikun”, “bohong=nyolong”, dan lain-lainnya.
Aksi jalanan para tukang becak tersebut penuh dengan gelak tawa karena banyak peserta aksi yang mengekspresikan sikapnya dengan cara masing-masing. Bahkan ada yang mengaku kurang mengetahui orasi-orasi yang disampaikan temannya.
“Pokoknya kita dukung saja kalau Pak Presiden minta kenaikan gaji. Saya tidak tahu gajinya sekarang berapa, yang penting dinaikkan saja. Siapa tahu nanti setelah gajinya naik, Pak Presiden pengin naik becak saya lalu memberikan bayaran yang besar juga,” ujar seorang peserta aksi.
Koordinator aksi, Bambang Saptono, menilai aksi ini merupakan bentuk apatisme masyarakat mengenai ulah para pemimpin. “Mereka tidak melihat rakyatnya sengsara, mati kelaparan dan keracunan makan,” katanya.
Ia berharap presiden dan para pemimpin bangsa tidak terlalu berpikir mengenai gaji, karena menurutnya, para pejabat sudah berkecukupan dalam kebutuhan sehari-hari. “Presiden kan jabatan terhormat, jadi saru dan tidak pantas jika mengeluh tidak pernah naik gaji,” pungkasnya.
(Sumber: wartanews & voaislam)
Post a Comment