Amfibi Dari Indonesia
Jasgu adalah hasil karya seorang prajurit Marinir, Kapten Marinir Citro Subono, 31 tahun. Jasgu yang dipamerkan merupakan prototipe ketiga. Selain pengunjung, Laksamana TNI Slamet Subijanto, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), juga antusias. Dia menyempatkan diri berdialog dengan Kapten Citro. KSAL terlihat bangga dengan hasil karya prajuritnya itu. Jasgu didesain Kapten Citro untuk bergerak di darat dan laut.
Jasgu (Jeep Amfibi Serba Guna) mendampingi peralatan tempur milik Marinir, seperti roket multilaras RM 70 Grade, BTR 80 A, dan Sea Rider. Peranti tempur itu umumnya impor. Namun Jasgu bikinan dalam negeri.
"Saya berharap, Jasgu bisa menjadi kendaraan serba guna. Enak untuk tempur dan dikendarai," kata Citro. Dia mengaku mendapat ide mencipta Jasgu ketika bertugas di Batalyon Angkutan Bermotor I Marinir, Karang Pilang, Surabaya, sejak 1997. Ia terusik ketika melihat perahu bot ditarik jip menuju pantai. "Kenapa tidak digabungkan saja," tuturnya.
Dengan biaya sendiri, Citro mulai "mencangkok" perahu boat ke jip. Untuk menciptakan kendaraan yang bisa bermanuver di air dan darat, ia membangun mobil amfibi yang menggunakan mesin sedan Mitsubishi Evo 4. Lahirlah Jasgu seri 1. Pada ulang tahun TNI ke-59 pada 2004, Citro mengikutkan Jasgu dalam Lomba Karya Cipta Teknologi TNI. Jasgu 1 menjadi juara inovasi terbaik, menyisihkan 147 peserta lainnya.
Citro kian bersemangat menyempurnakan mobil amfibinya. Kelemahan Jasgu 1, suspensinya terlalu ringan. Di medan berat, "perut"-nya kerap menggesek tanah. Suspensi per spiral terlalu ringkih menahan beban. Jasgu 1 terlihat kurang kokoh. "Kayak belalang," katanya. Citro pun memermak Jasgu 1. Dia menggunakan badan jip di bagian depan, sedangkan bagian bawah ia buat seperti perahu.
Lahirlah Jasgu 2 dengan penggerak mesin Mitsubishi Evo 1.800 cc, ditambah mesin Mitsubisdi L-300 2.500 cc. Jika di darat, Jasgu 2 menggunakan mesin Mitsubishi Evo. Bila terjun ke air, Mitsubishi L-300 yang bekerja. "Kecepatan di air masih belum maksimal," kata Citro. Kecepatannya hanya menyamai kecepatan tank amfibi, yang rata-rata 10 kilometer per jam atau sekitar 7 knot.
Daya apungnya juga masih payah. Ruang mesin yang penuh membuat tabung apung menjadi minimal, sehingga hanya mampu mengangkut empat serdadu tanpa ransel. Meski belum sempurna, Jasgu 2 kerap mengikuti parade TNI Angkatan Laut. Tampilan yang mirip mobil membuat Jasgu 2 tidak beda dengan kendaraan umumnya. Setelah Jasgu 2 malang melintang, mulai ada perhatian dari kesatuan tempat Citro berdinas.
Citro pun dipercaya membuat Jasgu seri 3, dengan ukuran lebih gede. Dia mendapat bantuan Rp 200 juta. Dikerjakan enam orang sipil dan dua Marinir anak buah Citro, dalam tiga bulan Jasgu 3 kelar. Peranti tempur ini jadi jauh lebih andal dan kokoh. Berat total 3.700 ton. Panjang 648 cm, lebar 200 cm, tinggi 243 cm, dengan jarak dari tanah 46 cm. Jarak antarsumbu roda mencapai 365 cm.
Jasgu 3 juga menggunakan mesin diesel Mitsubishi. Bedanya, mesin yang dicangkokkan adalah mesin truk 4.300 cc. Kini, di darat, Jasgu 3 sanggup berlari 105 kilometer per jam. Bentuk dasarnya yang mirip kapal kerap membuat orang heran. "Ini ada kapal di jalan," kata Citro menirukan. Di air, Jasgu 3 bisa melaju 25 kilometer per jam atau setara 15 knot. Jasgu 3 juga dilengkapi dua pompa air, yang berfungsi mengeluarkan air yang masuk secara otomatis.
Di air, Jasgu 3 butuh 10 liter solar untuk sejam perjalanan dengan kecepatan standar, 20 kilometer per jam. Di darat, seliter solar dapat menempuh jarak 8 kilometer, dengan kecepatan rata-rata 60 kilometer per jam.
Kini, Citro pingin menjajal kendaraannya melayari Laut Jawa. Niat Citro itu mendapat apresiasi I Ketut Aria Pria Utama, Kepala Laboratorium Hidrodinamika Teknik Perkapalan ITS. Pelayaran itu akan menguji kekuatan Jasgu 3 ketika mencebur ke laut yang berombak. Percobaan di danau tidak cukup untuk menguji. "Tidak ada yang istimewa (pada Jasgu 3), tapi idenya yang luar biasa," kata Ketut, memuji.
(Sumber: rixco.multiply)
Post a Comment